Pendampingan Koperasi Sawo Kecik: Satu Bulan Bersama Sutarmanto
03 September 2010
Programme Report

Sebagai tindak lanjut dari workshop dan pelatihan koperasi seri 2 yang dilakukan di PPLH Seloliman Mojokerto, Lafadl Initiatives memfasilitasi pendampingan dan pelatihan selama satu bulan penuh bagi para ibu pegiat Koperasi Sawo Kecik. Sutarmanto (akrab disapa sebagai Mas Manto) dari Koperasi Tri Giri Asih Jakarta didatangkan untuk mengawal proses tindak lanjut dari pelatihan dua hari yang telah dilakukan sebelumnya. Selama satu bulan, Mas Manto tinggal di salah satu rumah warga korban lumpur Lapindo dan melakukan serangkaian pelatihan dasar dan lanjut mengenai manajemen koperasi. Praktik pendampingan ini sangat penting karena para peserta (pegiat koperasi Sawo Kecik) akan langsung mempraktikkan teori manajemen koperasi dengan didampingi Mas Manto secara langsung pula.


Foto: Paring

Selama satu bulan, para ibu pegiat koperasi melakukan serangkaian kegiatan untuk mematangkan koperasi serta menata ulang sistem manajemennya. Dalam hal organisasi koperasi, kegiatan yang dilakukan adalah perumusan kembali anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. Sementara dalam hal manajemen, para ibu korban lumpur belajar komputerisasi data, membuat sistem monitoring, dan pembukuan. Dalam hal jaringan, para pegiat koperasi menyusun agenda untuk melakukan pertemuan dengan dinas koperasi, departemen sosial, dinas tenaga kerja dan BPLS. Hal-hal mengenai kesekretariatan juga dibenahi kembali. Koperasi merancang logo dan kop surat, menulis ulang AD/ART dan Pola Kebijakan, pembuatan akta notaris dan rekening bank, pembuatan formulir transaksi dan simpan pinjam, serta praktik membuat laporan keuangan bulanan/LKSB.

Sejumlah agenda di atas tidak seluruhnya berjalan seperti yang diharapkan. Pertemuan dengan sejumlah instansi terkait, misalnya, masih belum bisa dilakukan dan belum mencapai tujuan secara sempurna. Koperasi yang muncul dari bawah, dikelola dan dirumuskan sendiri oleh anggotanya yang berjumlah tidak terlalu banyak memang kadang kurang mendapat apresiasi. Sebagai sebuah koperasi muda, Sawo Kecik juga tidak luput dari hal itu. Kendati demikian, sebagaian besar agenda, terutama menyangkut peningkatan kapasitas para pegiat koperasi, bisa berjalan dengan baik. Secara aktif para pengurus koperasi mengikuti sejumlah rapat kerja untuk merancang aturan main koperasi. Sejumlah detail penting dalam aturan simpan pinjam juga dirumuskan. Pengalaman kerja simpan selama beberapa bulan diramu dengan sharing pengalaman dari Mas Manto menjadikan rumusan tentang aturan main simpan pinjam semakin tertata dan bisa diterapkan dengan baik.

Kapasitas teknis para pegiat koperasi juga menjadi perhatian khusus dalam pelatihan dan pendampingan ini. Karena dikelola oleh para ibu yang sehari-harinya bergulat dengan urusan rumah tangga, tidak semua pengurus mampu mengoperasikan komputer dengan baik. Oleh karena itu dalam proses pendampingan ini juga dilakukan pelatihan komputer terutama program Excel Office untuk menunjang pembukuan koperasi. Dengan bersemangat para ibu pegiat koperasi belajar menggunakan komputer. Ada di antara mereka yang belajar mulai benar-benar dari nol, dari takut memegang mouse hingga selalu lupa letak tombol menu. Namun semangat dan rasa senang mengikuti pelatihan membuat hal-hal semacam itu bisa diatasi, hingga mereka bisa membuat laporan keuangan bulanan dengan cukup rapi. Dengan kemampuan itu mereka kemudian membuat kas harian, laporan keuangan, rekap bulanan, dan rekap setoran. Tak hanya itu, dengan telah dikomputerisasinya data-data simpan pinjam dan pemmbukuan, para pengurus juga belajar melakukan monitoring melalui sistem pembukuan yang telah mereka buat. Sistem monitoring ini dibuat agar sejumlah kejadian salah manajemen di masa lau tidak terulang lagi.

Pada akhirnya kegiatan berkoperasi tidak melulu berkaitan dengan urusan simpan dan pinjam uang. Kegiatan belajar bersama, bertemu dengan kawan, serta mempunyai pengalaman baru membuat para ibu itu merupakan hal yang tidak kalah penting. Kegiatan-kegiatan semacam ini menjadi penting karena, seperti diungkapkan sendiri oleh para ibu anggota koperasi, membuat hidup mereka lebih bermakna.

Heru Prasetia