Forum Periset Porong
01 September 2010
News

Berkumpul pada tanggal 27 Agustus 2010 lalu sejumlah peneliti muda yang punya minat dan rencana untuk melakukan riset mengenai berbagai aspek dari bencana luapan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo. Pertemuan ini bertujuan sebagai ruang berbagi informasi dan berdiskusi mengenai agenda-agenda penelitian yang akan dilakukan agar menjadi semakin bermakna.


Foto: Dimas

Setidakanya ada enam topik riset yang didiskusikan pada hari itu. Pertama, agenda riset yang akan dilakukan oleh Erwin yang akan melakukan kajian terhadap berbagai gugatan dan vonis pengadilan terkait persoalan lumpur lapindo. Menurutnya, sejumlah vonis pengadilan yang memenangkan lapindo juga disumbang oleh gugatan yang lemah. Sementara itu, Darmanto tertarik untuk meneliti perihal persoalan yang mestinya diselesaikan dalam mekanisme ganti rugi kemudian berubah menjadi jual-beli. Dalam perspektifnya, jual-beli antara Lapindo dan warga itu aneh dan tidak masuk dalam logika hukum. Peraturan yang menjadi dasar bagi proses jual beli tersebut tidak sejalan dengan aturan hukum yang mengatur soal pertanahan dan jual-beli. Di sisi lain, Gustomi mengemukakan ketertarikannya untuk membidik masalah ini dari dimensi kebijakan publik. Kondisi bencana ini ada dalam sengkarut hubungan negara, perusahaan, dan masyarakat sipil. Sepertihalnya Darmanto, Gustomi melihat bahwa ada inkonsistensi logika dan hukum yang sangat merugikan korban. Dan itu dilakukan oleh negara. Artinya, apabila ditarik lebih jauh, dia ingin mengatakan bahwa negara dengan kebijakannya yang dikeluarkan terkait kasus Lapindo, sedang melakukan melakukan genosida terhadap korban lumpur di Porong. Azzah Nilawati, melalui risetnya, ingin tahu lebih banyak mengapa dan bagaimana ada kelompok warga di Porong yang hingga kini bertahan untuk tidak menjual aset tanahnya. Anais telah menyelesaikan risetrity asessment tentang kondisi warga korban lumpur. Sementara Koiron punya rencana peran para jagoan di Porong membangun posisi sosial dalam kasus lumpur Lapindo ini.


Foto: Dimas


Sebagian besar dari apa yang diangankan para periset di atas adalah masih sebatas rencana. Diskusi yang digelar di kantor Lafadl Initiatives ini adalah bagian dari ikhtiar agar rencana di atas tidak tinggal menjadi rencana.  Pada awalnya pertemuan ini memang hanya dirancang untuk saling bertukar informasi dan berdiskusi mengenai agenda riset masing-masing. Namun diskusi tersebut berkembang menjadi agenda kerja yang di antaranya mencakup publikasi hasil riset, entah itu diterbitkan dalam bentuk buku maupun dalam format elektronik yang bisa diakses melalui situs ini. Publikasi ini adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban periset agar hasil kerjanya tidak hanya ditumpuk di rak buku tanpa ada orang yang membacanya.